Bahas Isu Lingkungan Komunitas ALW Gelar Diskusi di Jakarta

Portalkota-Komunitas Ayo Less Waste (ALW) menggelar giat Upgrading Environmentalist di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Minggu 29 Juni 2025.

Giat ini merupakan agenda rutin yang diselenggarakan untuk umum, terutama bagi para pemuda penggiat lingkungan.

Dalam setiap pertemuannya, selalu fokus membahas isu-isu lingkungan yang up to date dan sangat menarik untuk dikupas, serta didiskusikan bersama.

Upgrading Enviromentalist kali ini, ALW mengangkat dua tema yang dibahas dalam dua sesi dengan mengundang pemateri-pemateri hebat dan berpengalaman di bidangnya.

Sesi pertama membahas topik “Potret Luka Nusantara di Raja Ampat dan Wilayah-Wilayah yang Terancam Ekspansi Industri. Indonesia 2045 : Apakah Alam Masih Tersisa?” bersama Sekar Banjaran Aji dari Forest Campaigner dari Greenpeace Indonesia.

Sesi kedua dengan topik “Sustainability Starts with You : Membangun Budaya Berkelanjutan dalam Kehidupan Sehari-hari” bersama Cynthia S Lestari, founder @lyfewithless dan komunitas @bersalingsilang.

Di sesi pertama, Sekar mengajak peserta untuk melihat kondisi pulau-pulau kecil di sekitar Raja Ampat yang menjadi lokasi penambangan nikel, kerusakan yang terjadi, juga perusahaan-perusahaan yang berdiri dan melakukan kegiatan disana.

“Bagaimana bisa kekayaan dan kecantikan alam tanah Papua dieksploitasi sedemikian rupa dengan mengabaikan kondisi alam, masyarakat setempat, dan habitat makhluk hidup lainnya?” kata Sekar dalam keterangan pers yang diterima portalkota.id pada Jumat 11 Juli 2025.

Mari kita lihat undang-undang dan kebijakan pemerintah terkait kegiatan penambangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Republik Indonesia.

Pada putusan MK No 35/PUU-XXI/2023 dijelaskan mengenai larangan penambangan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Karena dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan, serta melanggar prinsip prinsip pencegahan bahaya lingkungan dan keadilan antar generasi.

Namun, fakta yang mengejutkan adalah pulau-pulau yang menjadi lokasi penambangan nikel justru pulau-pulau yang luasnya hanya berkisar 700 – 6000 hektar.

yang mana sangat amat kecil jika dibandingkan dengan definisi ‘pulau kecil’ sesuai UU No. 27 tahun 2007 yang kemudian diubah menjadi UU No 1 tahun 2014.

Di mana menyatakan bahwa Pulau Kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 2.000 kilometer persegi atau setara dengan 200.000 hektar.

“Hal yang patut kita pertanyakan, kenapa pemerintah membuat peraturan yang justru dilanggar oleh mereka sendiri dengan menerbitkan izin dan hak berkegiatan pada perusahaan-perusahaan tersebut?” ucapnya.

Sekar juga menyoroti lokasi pulau-pulau tersebut yang berdekatan dengan wilayah Geopark yang menyimpan keindahan dan kekayaan alam hayati baik di darat maupun di laut yang sangat beragam dan banyak diantaranya bersifat endemik.

“Wilayah Geopark adalah warisan alam yang sangat bernilai dan sudah selayaknya dilindungi, baik oleh negara, dan kita sebagai bangsa Indonesia. Jika sudah rusak, apa bisa kita pulihkan sepenuhnya? Bukankah langkah terbaik adalah mencegah kerusakan sebelum itu terjadi?”

“Teman-teman, kita harus kawal terus kasus ini bareng-bareng ya,” pesan sederhana Sekar di akhir sesi yang mengandung harapan dan seruan yang sulit untuk ditolak.

Portalkota.id
Bahas Isu Lingkungan Komunitas ALW Gelar Diskusi di Jakarta.(Foto: ALW)

Diskusi sesi kedua, Cynthia S Lestari menjelaskan bahwa sustainability adalah cara bagaimana hidup sebagai manusia yang menghasilkan dampak negatif seminimal mungkin bagi lingkungan alam di sekitar.

Kata kuncinya adalah berkesadaran. Manusia itu harus sadar bahwa apapun yang dilakukan dan konsumsi, pasti berdampak pada lingkungan. Selain itu, bijak berkonsumsi juga menjadi hal yang penting dalam gaya hidup berkelanjutan ini.

“Sustainability life itu, ga cuma tentang keberlanjutan alam aja loh!, tapi juga bisa bikin kita lebih mengenali apa yang benar-benar kita butuhkan, dan bantu kita memilih hal-hal terbaik untuk diri kita sendiri,” ungkap Cynthia.

Cynthia menceritakan, dirinya merupakan seseorang yang kerap mengikuti trend. Shopping bukan lagi menjadi hobi, melainkan kebiasaan yang tanpa sadar membuatnya kian waktu kian konsumtif dan menumpuk banyak barang yang tidak benar-benar dibutuhkannya.

Hingga pada akhirnya, ia menemukan turning point yang membuatnya memilih menjalankan gaya hidup berkelanjutan ini. Meski awalnya sulit, namun saat ini Cynthia merasa sangat enjoy untuk menjalaninya.

“Kalau kita ga bisa berbuat banyak untuk alam, setidaknya kita berusaha untuk meminimalisir dampak buruk dari apa kita lakukan, karena sekecil apapun, apa yang kita lakukan pasti berdampak bagi hal-hal di sekitar kita, termasuk alam,” tegas Cynthia.

**Baca lainnya:

Mercure Run For Humanity 2025: Komitmen Mendukung Kegiatan Positif Di Garut

Perjuangannya menyuarakan tentang sustainability di media sosial dimulai melalui akun @lyfewithless yang banyak membahas mengenai hidup minimalis, bijak berkonsumsi, dan sustainability.

Ia juga membentuk komunitas @bersalingsilang, sebagai wadah untuk memperpanjang usia barang-barang yang masih layak untuk dimanfaatkan.

Kedua sesi diskusi ditutup dengan penyerahan bunga anggrek Cannary Gold yang melambangkan keceriaan, persahabatan, kehangatan, dan kesuksesan untuk para pemateri, serta foto bersama seluruh peserta dan panitia kegiatan.(fit)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *