Portalkota – Ketergantungan kawasan Jabodetabek hanya pada satu bandara internasional aktif, Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), dikritik oleh Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus.
Lasarus menyatakan bahwa wilayah metropolitan terbesar di Indonesia ini idealnya memiliki dua atau tiga bandara internasional.
“Halim memang ada, tapi itu terbatas karena sifatnya militer. Praktis kita hanya andalkan (bandara) Soekarno Hatta,” ujar Lasarus saat melakukan Kunjungan Spesifik Komisi V ke Bandara Soetta, ditulis Sabtu (12/7/2025).
Ia menilai kondisi ini sangat riskan dan tidak ideal untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu lintas udara.
Kritik ini disampaikan bersamaan dengan peringatannya tentang ancaman kejenuhan kapasitas Soetta.
Saat ini, penumpang bandara tersebut telah mencapai 94 juta per tahun dan diproyeksikan naik lebih dari 10 persen dalam lima tahun mendatang. “Sekarang sudah terasa crowded,” katanya.
**Baca Lainnya: 94 Juta Penumpang per Tahun, DPR RI: Soetta Butuh Perluasan Hadapi Lonjakan 10 Persen
Sebagai solusi strategis selain rencana perluasan Soetta, Lasarus mendorong pemerataan lalu lintas penerbangan antarbandara di Pulau Jawa.
Dirinya secara khusus menyarankan agar Bandar Udara Internasional Jawa Barat Kertajati segera dioptimalkan untuk mengurangi beban Soetta.
“Bandara Kertajati dapat dioptimalkan untuk menampung arus penumpang dari kawasan timur Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Tengah,” jelas Lasarus.
Ia mencontohkan potensi penggunaan Kertajati untuk penerbangan umrah.
Lasarus berkomitmen untuk mendiskusikan langkah-langkah percepatan pengembangan Kertajati dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
“Apa yang kurang di sana nanti kita diskusikan dengan Ditjen Udara supaya segera diperbaiki,” tegasnya.
Optimasi bandara alternatif seperti Kertajati dinilainya sebagai bagian penting dari menjaga citra Indonesia di mata internasional.(ris)