Portalkota-Ayo Less Waste (ALW) bersama Green Education Ciputat, Kota Tangerang Selatan, mengajak 70 peserta untuk lebih mengenal tentang cara mengelola sampah tanpa merusak lingkungan.
Co-founder konsep sekolah alam dan juga pendiri Green Education, Loula Maretta, menerangkan secara singkat tentang konsep Closed Loop System.
Yang merupakan proses pengelolaan sampah yang tidak merusak lingkungan dan tidak keluar dari area rumah. Closed Loop System tersebut sesuai dengan ISO 1401 : 2015.
Dijelaskannya juga, pengelolaan sampah organik dilakukan dengan beberapa proses. Mulai dari membuat lubang biopori yang berfungsi untuk pengelolaan sampah organik, penghasil pupuk organik dan pencegahan banjir.
“Hingga lahan untuk membuat kompos di area belakang rumah. Air pembuangan di rumah mengalir setelah melewati beberapa lapisan batuan yang menjadikan air limbah pembuangan tersebut terfiltrasi sebelum diserap tanah,” kata Loula.
Air hujan juga ditampung di rumah, dipasang beberapa perangkat timer dan perangkat lainnya untuk dialokasikan sebagai sumber menyiram tanaman.
“Sampah anorganik juga akan didaur ulang atau dijadikan bahan kreasi (reuse) ragam alat pendukung edukasi,” jelasnya.
Tak sampai di situ saja, mengambil tema ‘batuan’, para peserta juga diberikan edukasi mengenai pendidikan kontekstual yang disertai dengan ragam benda yang mendukung pembelajaran.
Para peserta diperlihatkan ragam jenis olahan batuan seperti perhiasan, alat pertukangan hingga alat rumah tangga juga dipamerkan.
**Baca juga: Antusias Para Siswa Madrasah Aliyah Sahid di ALW Goes To School
Kata Loula, dari tema ‘batuan’ ini dapat menjadi pendidikan yang relevan dan aplikatif untuk jenjang pendidikan, TK, SD, SMP dan SMA dengan skala edukasi yang disesuaikan.
Setelah semuanya, para perwakilan ragam sekolah alam se-Indonesia tersebut dipersilahkan untuk mengadopsi pohon Tabebuya. Tabebuya berasal dari Amerika Selatan, khususnya daerah sekitar Hutan Amazon.
Namun, tanaman ini telah menyebar luas ke berbagai wilayah di Indonesia dan menjadi populer dalam bidang tamanan landscape.
Para peserta terlihat senang karena terdapat juga pembatas buku berisikan informasi mengenai pohon Tabebuya di masing-masing pohon. Peserta juga dipersilahkan untuk mengambil reusable bag untuk membawa pohonnya.
Tenaga Ahli dari ALW, Desi Resdianti menambahkan, ALW bersama Green Education memberikan sekitar 50 bibit pohon sebagai kenang-kenangan kepada para perwakilan sekolah alam se-Indonesia.
“Semoga kegiatan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan bibit pohon Tabebuya yang diberikan dapat tumbuh subur diberbagai wilayah di Indonesia,” tukas Tenaga Ahli dari ALW, Desi Resdianti.(Fit)